Candi Barong
Perjalanan dan hunting foto saya selanjutnya ke candi barong.
Menurut sejarah, candi yang diperkirakan dibangun antara abad ke-9 dan 10 ini sebenarnya bernama Candi Suragedug. Namun, hiasankala (sosok raksasa menyeramkan yang biasanya menghias gerbang atau pintu masuk candi) berbentuk barong di tiap sisi bangunan candi yang begitu khas membuat masyarakat sekitar lebih senang menjulukinya Candi Barong. Kala-kala barong di candi ini dalam mitologi Hindu dipercaya sebagai makhluk penjaga kesucian bangunan. Alih-alih menyeramkan seperti kala pada bangunan lainnya, barong-barong ini malah terkesan memberikan senyumannya. Selain barong, ornamen unik lain yang menghias candi ini adalah Ghana, si raksasa kerdil yang menopang relung candi.
Berbeda dengan candi-candi lain di sekitarnya yang memiliki bilik (ruangan dalam candi), Candi Barong dibangun tanpa ada bilik di dalamnya, hanya ada relung yang dulunya berfungsi untuk meletakkan arca. Namun sayang, tak ada arca, lingga ataupun yoni yang terlihat saat ini. Dewa Wisnu dan Dewi Sri dalam bentuk arca pun tak lagi tinggal di sini. Secara keseluruhan, bangunannya sederhana saja, tak ada relief-relief kisah pewayangan ataupun pahatan dewa dewi di sana sini. Namun, ketika menapaki satu persatu undakan menuju ke candi, kita akan merasakan sisa-sisa kejeniusan masyarakat lokal masa silam. Pelatarannya yang luas dan berada di atas bukit seolah memberi sedikit celah bagi tiap orang yang datang untuk menikmati luasnya cakrawala. Aktifitas para petani di sekitar candi ketika mengolah ladang dan sawah seakanmenjelaskan alasan mengapacandi ini berdiri.
Candi Banyunibo
Masih hunting di sekitaran selatan candi ratu boko yaitu candi banyunibo.
Candi Banyunibo ini dibangun saat kerajaan Mataram Kuno berjaya. Dalam bahasa Jawa, Banyunibo artinya air yang menetes.
Candi ini diperkirakan dibangun di abad ke-9. Atap dan relief menjadi penandanya. Selain satu buah bangunan induk, Candi Banyunibo dikelilingi enam buah candi pendamping atau disebut juga perwara. Tiga perwara di sisi selatan, sisanya di sebelah timur.
Bangunan utama candi berukuran sekitar 15 meter x 14 meter dengan ketinggian 14 meter. Sedangkan kaki candi sendiri tingginya 2,5 meter, dibangun di atas batu, lalu terdapat sebuah jalur yang digunakan mengelilingi candi saat ritual keagamaan.
Ada juga saluran air (jalawadra) yang terletak di setiap sisi candi, kecuali sisi sebelah barat. Jalawadra ini berhiaskan kepala raksasa (kala makara). Pada pintu masuk candi sendiri terdapat relief seekor singa.
Sedangkan pada bagian barat candi terdapat tangga yang digunakan sebagai jalan masuk. Selain menggambarkan relief Hariti yang menjadi dewi simbol kesuburan dalam agama Budha, ada gambar lain dimana seorang perempuan yang dikelilingi anak-anak. Vaisravana, suami Hariti ditunjukkan dalam posisi duduk.
Candi ini ditemukan runtuh pada November, 1940. Lalu dilakukan ekskavasi dan selesai dua tahun kemudian. Sampai tahun 1942 baru berhasil disusun atap dan pintu candi. Lalu, pada tahun 1962 proses itu dilanjutkan lewat pembangunan dasar, kaki, dan tubuh candi. Pemugaran ini berhenti pada 1978 saat semua bagian candi tersusun sempurna.
Candi yang berada di Dusun Cepit, Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta ini jarang dikunjungi wisatawan. Selain karena letaknya yang terpencil, tak ada kendaraan umum yang secara khusus melewati candi ini.
Bagi yang ingin menikmati semilir angin dan ketenangan sembari merasakan keagungan alam semesta ini bisa berkendara dan mengikuti papan petunjuk di sekitar Candi Prambanan. Jaraknya hanya 5 kilometer ke arah selatan.
Candi Ijo
Bukan karena warna candi yang hijau / ijo,Disebut Candi Ijo karena candi yang dibangun sekitar abad ke-9 itu dibangun di sebuah bukit yang dikenal Bukit Hijau atau Gumuk Ijo.
Penyebutan nama desa Ijo pertama kalinya disebut di dalam Prasasti Poh yang berasal dari tahun 906 Masehi.Dalam prasati tersebut ditulis tentang seorang hadirin upacara yang berasal dari desa Wuang Jika benar demikian maka nama Ijo setidaknya telah berumur 1100 tahun hingga tahun 2006 yang lalu,Kompleks candi Ijo merupakan kompleks percandian yang berteras-teras yang semakin meninggi ke belakang yakni sisi timur dengan bagian belakang sebagai pusat percandian.
Candi Sojiwancandi sojiwan
Candi Sojiwan dibangun oleh Raja Balitung sebagai bentuk penghormatan terhadap neneknya, Nini Haji Rakryan Sanjiwana, yang beragama Budha. Nama Sojiwan juga berasal dari nama neneknya, Sanjiwana. Satu hal yang menarik, di kaki Candi Sojiwan terdapat relief binatang atau fabel yang berhubungan dengan cerita Jataka. Diantaranya relief kera yang sedang mentiasati buaya sehingga bisa menyeberang sungai, perlombaan antara garuda dan kura-kura, dan masih banyak lagi.
Bagi orangtua yang gemar mendongeng, candi ini sangat cocok dikunjungi bersama anak-anak. Sembari mengelilingi bangunan candi, orangtua bisa mendongeng berdasarkan dari relief yang ada di dinding candi. Jika sudah lelah, bersantai di taman berumput hijau nan asri bisa menjadi pilihan. Menghabiskan sore atau akhir pekan di tempat ini pun akan menjadi kegiatan yang menyenangkan.
Lokasi dan Akses
Candi Sojiwan terletak di Desa Kebondalem Kidul, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Meski secara administratif masuk wilayah Jawa Tengah, lokasi Candi Sojiwan cukup dekat dengan Yogyakarta. Jika datang dari arah Yogyakarta, Anda cukup belok kanan di lampu merah Gerbang Candi Prambanan. Setelah itu ikuti jalan hingga menyeberang rel kereta api dan areal persawahan. Di pertigaan pertama silahkan belok kiri (timur), Candi Sojiwan terletak tidak jauh dari situ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar