Rabu, 14 Maret 2018

CANDI BARONG

CANDI BARONG



Dolan saya kali ini menuju sebuah Candi yang bernama CandiBarong
Candi Barong adalah candi bercorak Hindu yang terletak di tenggara Kompleks Ratu BokoPrambananSleman, tepatnya di atas bukit di Dusun Candisari, Desa SambirejoPrambananKabupaten SlemanYogyakarta. Candi ini diperkirakan dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10, sebagai peninggalan Kerajaan Medang periode Mataram.
Posisi candi berada di sisi tenggara kompleks Ratu Boko, agak di bawahnya namun masih dalam sistem perbukitan yang sama, perbukitan Batur Agung, pada ketinggian 199 m di atas permukaan laut. Di sisi barat daya, di bawah bukit, terletak Candi Banyunibo, suatu bangunan Buddhis. Pada posisi tenggara candi ini, berjarak sekitar 2 km, terletak Candi Ijo. Selain itu, terdapat pula di sekitarnya situs-situs arca Ganesha, Candi Miri, Candi Dawangsari, dan Candi Sumberwatu[1].

Untuk masuk ke kawasan Candi ini cukup dengan membayar retribusi sebesar@ Rp 5000 / org untuk wisatawan lokal dan @ Rp10000 / org untuk wisatawan asing / mancanegara.
Kompleks candi ini memiliki pintu masuk di sebelah barat, lalu mengantar pada lahan berundak tiga. Teras pertama dan kedua sudah tidak ditemukan bangunan candi, meskipun terdapat sisa-sisa lantai atau umpak. Teras kedua merupakan area bukaan yang cukup luas. Sebelum memasuki teras tertinggi terdapat gerbang paduraksa kecil yang mengapit tangga naik.
Pada bagian teras tertinggi terdapat dua bangunan candi untuk pemujaan, diperkirakan kepada Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Masing-masing candi ini mempunyai ukuran kira-kira 8,18 m × 8,18 m dengan tinggi 9,05 m[1]. Bangunan candi-candi utama ini tidak mempunyai pintu masuk, sehingga upacara pemujaan diperkirakan dilakukan di luar bangunan.

Pelataran Candi Barong
Pemujaan terhadap Wisnu merupakan keistimewaan kompleks candi ini. Umumnya, candi-candi Jawa Tengah memuja Dewa Syiwa atau bersifat Syiwaistis. Selain itu, struktur berundak dengan pusat pemujaan terletak paling timur juga tidak umum bagi candi-candi dari masa Medang, yang biasanya bangunan utamanya berada di pusat kompleks. Hanya Candi Ijo yang memiliki karakteristik sama. Struktur berundak ini dianggap sebagai ekspresi asli Indonesia. Corak sinkretik juga tampak dari pemujaan terhadap Dewi Sri.Ketika ditemukan, candi ini telah runtuh. Pemugaran dimulai 1987 dengan menyusun kembali dua candi utama. Pemugaran selesai 1992, dilanjutkan dengan pemugaran talud dan pagar. Selama pemugaran ditemukan arca Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Selain itu ditemukan satu arca Ganesha dan beberapa peripih kotak terbuat dari batu andesit dan batu putih. Dalam salah satu peripih terdapat lembaran-lembaran perak dan emas bertulisan, namun tulisan itu sudah tak terbaca. Mendampingi peripih ditemukan pula sejumlah perlengkapan rumah, seperti mangkuk keramik, mata panah, guci, dan sendok[1].
Candi ini mendapatkan nama 'barong' karena bangunan utama candi memiliki hiasan kala dan makara pada setiap relung seperti umumnya candi di Jawa, yang mirip dengan barong.









Jumat, 09 Maret 2018

Curug Gede

CURUG GEDE PATHUK





Perjalanan kali ini saya bersama teman mbolang saya mas Jason_RDH menuju Curug Gedhe.
Saat masuk area Curug kita cukup menitipkan kendaraan di samping pintu masuk, dengan cukup bayar Rp 6000, untuk biaya penitipan motor dan masuk / orang.
Di lanjutkan menuruni jalan setapak yang telah di cor semen dengan pagar pengaman.
Wisata Alam Jurug Gedhe terletak di dusun Gembyong, desa Ngoro-oro, kecamatan Patuk, kabupaten Gunungkidul, wisata ini terletak di bagian barat kabupaten Gunungkidul, yang secara langsung berbatasan dengan dua kabupaten, sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Sleman, sebelah barat kabupaten Bantul. Wisata ini dapat ditempuh dengan kendaraan bermotor kurang lebih 10km ke arah utara dari pusat kecamatan Patuk.



Air Terjun Jurug Gedhe dikelilingi oleh tebing batu yang cukup tinggi dan rerimbunan semak belukar di area tepi tebing. Jenis batuan yang ada memiliki kemiripan dengan batuan.
 Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter dengan jatuhan air langsung menuju ke dasar. Pada bagian dasar air terjun terdapat cekungan kolam dengan kedalaman mencapai 2 (dua) hingga (3) meter.
Air Terjun Jurug Gedhe merupakan air terjun musiman yang hanya mengalir pada musim penghujan saja. Ketika musim kemarau aliran air mengering tanpa meninggalkan sisa. Selain itu debit air terjun ini mengikuti aliran Sungai Gembyong yang berada di bagian atas. Bila melihat Air Terjun Gembyong terlihat melimpah air maka hal tersebut berlaku pada air terjun tersebut yang berada di bagian bawah. Waktu yang tepat untuk menyambangi air terjun ini saat pertengahan musim penghujan dan pada hari sebelumnya kawasan tersebut diguyur hujan dengan intensitas tinggi hingga sedang.





Bebatuan yang ada disekitar Air Terjun Jurug Gedhe merupakan bebatuan kapur khas perbukitan Gunungkidul. Hal ini membuat sebagia orang menyebut air tersebut dengan nama Curug Purba. Kondisi bebatuan di sekitar air terjun masih terlihat bersih dan belum terlihat adanya vandalisme. Keberadaan sampah yang berada di kawasan air terjun ini konon terangkut dari hulu sungai ketika hujan deras melanda kawasan ini. Dasar aliran sungai yang dangkal terlihat dipenuhi oleh tumbuhan lumut dan rumput liar. Hal ini menambah keasrian kawasan air terjun ini dan diharapkan tidak dibersihkan saat pengembangan kawasan wisata.
Pengunjung Air Terjun Jurug Gedhe masih sedikit dan terlihat sepi meskipun pada liburan akhir pekan. Rata-rata pengunjung yang datang ke tempat ini berasal dari daerah sekitar yang ingin bersantai, mandi, hingga memanfaatkannya sebagai lokasi memancing. Wisatawan dari luar daerah masih jarang ke tempat ini karena minim informasi dan promosi wisata. Beberapa kabar menyebutkan kadang air terjun ini digunakan sebagai tempat berlatih rapeling atau olahraga menuruni tebing oleh para pecinta alam.


Jurug Gedhe sendiri diambil dari bahasa jawa dengan suku kata “Jurug” dan “Gedhe”, jurug artinya air terjun dan gedhe artinya besar. Konon air terjun ini dibilang angker dari segi mistik, kisah-kisah dongeng, hingga tradisi sampai sekarangpun hal itu pun masih kental di kalangan masyarakat, bagi para pengunjung bisa menanyakan langsung ke warga sekitar, untuk itu himbauan untuk bertutur kata baik ataupun menjaga tingkah laku sopan santun harus tetap dijaga.